Pengakuan Karya Asli
MENUJU LENTERA
KEHIDUPAN
Karya Febryani
Kusdamayanti
(bukan karya aslinya)
Kicauan burung di
angkasa
Karang yang dulu teguh menantang
Kini lenyap dalam lautan
Mataku berubah menjadi awan
gelap
Hitam kelam
Membawa butiran-butiran air
Hanya lautan yang mampu membendungnya
Saat aku berperang dengan sanubariku
Hanya memori yang termakan oleh waktu
Aku menari bersama hembusan angin
Hingga enggan menyapa sang mentari
Membawa kehangatan lenteranya
Kini jari lentik insan dunia
Berubah menjadi cakar elang
Aku ingin menjadi merpati
Terbang bebas di angkasa
Menembus awan putih
Memandang begitu luasnya bumi yang terbentang
Mulutku membisu
Hanya terdengar detak jantungku
Dan hembusan
nafasku
Jauh mata memandang
Aku ingin merangkai kata
Dalam alur cerita hidupku
Membangun peradaban baru
Membentuk benteng moral
Bangkit, mari kita bangkit
Menuju lentera kehidupan
Waktu terus bergerak
Kita juga harus bergerak seperti waktu
Membentuk roda
kehidupan yang lebih baik
Sungguh aku ingin berlari
Menembus dinding tradisi
Melewati jalan yang terjal
Dan jurang kehidupan
Kau membuat kepalaku berputar
Dikelilingi banyak bintang
Melayang di angkasa
Saat inilah aku telah sampai
Pada pertualangan misteriusku
MENUJU LENTERA KEHIDUPAN
Karya Tia Dyan
Wilujeng
(karya aslinya)
Karang
yang dulu teguh menentang
Kini lenyap oleh lautan
Mataku berubah menjadi awan mendung
Membawa butiran butiran air
Hanya lautan yang mampu membendungnya
Saatku berperang dengan sanubariku
Hanya memori yang termakan oleh waktu
Apa salahku ?
Hingga enggan menyapa mentari
Aku menari bersama helaian angin
Membawa kehangatan lenteranya
Kini jari lentik insan dunia
Bermutasi menjadi cakar elang
Pikiranku terbang melayang
Menembus awan putih
Aku ingin menjadi merpati
Terbang bebas di angkasa
Melihat begitu luasnya bumi terbentang
Mulutku membisu
Hanya terdengar detak jantungku
Melepas jauh mata memandang
Ku ingin merangkai kata
Dalam alur cerita hidupku
Membangun peradaban baru
Membentuk benteng moral
Bangkit , mari kita bangkit !
Menuju lentera kehidupan
Waktu akan bergerak
Kita juga bergerak seperti waktu
Sungguh kakiku ingin melompat
Menembus tembok tradisi
Melewati jalan terjal
Dan jurang kehidupan
Apa yang akan kulakukan tanpa mulut cerdasmu ?
Kau membuat kepalaku berputar
Melayang diantara banyak bintang
Saat ini aku telah sampai
Pada perjalanan misteriusku
Kini lenyap oleh lautan
Mataku berubah menjadi awan mendung
Membawa butiran butiran air
Hanya lautan yang mampu membendungnya
Saatku berperang dengan sanubariku
Hanya memori yang termakan oleh waktu
Apa salahku ?
Hingga enggan menyapa mentari
Aku menari bersama helaian angin
Membawa kehangatan lenteranya
Kini jari lentik insan dunia
Bermutasi menjadi cakar elang
Pikiranku terbang melayang
Menembus awan putih
Aku ingin menjadi merpati
Terbang bebas di angkasa
Melihat begitu luasnya bumi terbentang
Mulutku membisu
Hanya terdengar detak jantungku
Melepas jauh mata memandang
Ku ingin merangkai kata
Dalam alur cerita hidupku
Membangun peradaban baru
Membentuk benteng moral
Bangkit , mari kita bangkit !
Menuju lentera kehidupan
Waktu akan bergerak
Kita juga bergerak seperti waktu
Sungguh kakiku ingin melompat
Menembus tembok tradisi
Melewati jalan terjal
Dan jurang kehidupan
Apa yang akan kulakukan tanpa mulut cerdasmu ?
Kau membuat kepalaku berputar
Melayang diantara banyak bintang
Saat ini aku telah sampai
Pada perjalanan misteriusku
Tempat SMAN(####) tanggal 22 bulan April tahun 2015 mengumumkan audisi seleksi untuk perlombaan FLS2N (cipta puisi) yang peserta audisinya diikuti dari setiap perwakilan kelas X dan XI, dan akan diambil satu anak untuk tahap selanjutnya (Kabupaten) pada tanggal 28 April 2015, Yang nantinya mewakilkan sekolahan SMAN(####). Audisi tersebut dilaksanakan pada tanggal 24 bulan April tahun 2015.
Pada tanggal 23 (sebelum audisi seleksi dimulai) terjadi manipulasi karya dari satu siswa kelas X terhadap temannya. Sebut saja di sini, Febryani, dia duduk di bangku X MIA 6. Sesungguhnya hal ini tidak akan terjadi jika penulis asli puisinya (Tia Dyan Wilujeng) mengikuti ajang audisi tersebut. Tetapi sayang sekali, mbak Tia tidak dapat mengikuti ajang audisi tersebut, dikarenakan ia harus mengikuti ajang kompetensi lain. Mbak Tia harus melewatkan kesempatan emasnya, meski ia mempunyai ambisi.
Sesungguhnya Mbak Febry juga tak ingin mengikuti ajang audisi ini, karena ia tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan puisi. Ia dipaksa oleh teman satu kelasnya untuk menjadi wakil dari kelas X MIA 6. Karena jika tidak ada perwakilan, maka akan dikenakan denda. Alhasil, Mbak Tia ikut turun tangan karena paksaan dari temannya untuk membantu dalam menciptakan puisi.
Sungguh ironisnya, puisi yang diciptakan Mbak Tia Dyan tersebut, terdapat pengubahan tanpa sepengatuhannya. Mbak Febry mengubah bait demi bait tanpa konsultasi terlebih dahulu kepada Mbak Tia. Mbak Tia merasa dikhianati dan merasa dihina atas karyanya.
Pada tanggal 24 (audisi seleksi dimulai). Mbak Tia tetap sabar dan suportif, demi menjaga perasaan temannya, yang saat itu akan melaksanakan audisi. Mbak Tia tetap men-suport kedua temannya itu (Intan Tri sebagai pembaca puisi dan Febryani K. sebagai pencipta puisi) Mereka meminta Mbak Tia untuk melatih mereka. Mbak Tia dengan tangan terbuka menerima permintaan itu.
Pada tanggal 27 (pengumuman audisi seleksi). Terdengar gosip bahwa puisi karya Febryani K adalah pemenangnya, dan akan menjadi peserta lomba FLS2N (Cipta Puisi). Gosip itu ternyata benar. Panggilan ditujukan kepada Febryani K sebagai pemenang audisi seleksi cipta puisi. Mbak Febry terkejut dan ketakutan mendengar pengumuman itu. Namun, wajahnya juga berseri-seri. Ironisnya, Mbak Febry sama sekali tidak mengucapkan "TERIMA KASIH" kepada Mbak Tia. Karena berkat Mbak Tia lah ia bisa memenangkan ajang audisi tersebut meski karya Mbak Tia diubah olehnya. Mbak Tia tetap sabar, walau hatinya sakit mendengar pengumuman itu.
Komentar