Hasil Pengamatan Komunikasi Saat Upacara Melalui Media Televisi



Komunikasi Antarpesona
Nama anggota kelompok :
        1.      Aprisa Tiara Putri / 151711313022
        2.      Jihan Salsabila Setiawan / 151711313020
        3.      Novia Khoirunnisa’ / 151711313026
        4.      Ria Dyan Rahayu / 151711313014

Mengamati Komunikasi dengan melihat siaran langsung di TV
             Menurut pengamatan kami proses Upacara Kemerdekaan Indonesia ke 72 pada tanggal 17 Agustus 2017 dapat berjalan dengan sukses, baik dan lancar. Hal ini bisa terjadi karena adanya komunikasi yang terjalin antara anggota paskibraka, inspektur, para pejabat, para tamu undangan, pembawa acara atau hostnya, pembawa berita, dan kameramen serta para kru televisi yang sedang bekerja pada saat itu bahkan masyarakat yang sedang melihat proses berlangsungnya upacara. Satu aspek ini menjadi sangat penting atau vital didalam setiap hubungan atau lingkungan karena komunikasi merupakan suatu interaksi yang menghendaki orang-orang untuk mengatur lingkungannya untuk dapat dipahami satu sama lain. Guna komunikasi sendiri dalam upacara tersebut adalah kelancaran upacara berlangsung.
Komunikasi ini berjalan karena adanya elemen dasar komunikasi dalam komunikasi tersebut. Elemen dasar komunikasi tersebut diantaranya adanya pengirim atau komunikator, pesan, saluran, penerima atau komunikan, feedback, dan hambatan. Tidak ada satupun elemen komunikasi tersebut yang tidak diperankan oleh ratusan orang pada saat proses upacara berlangsung bahkan semua bentuk komunikasi terbentuk baik disengaja maupun tidak disengaja, interpesona maupun intrapesona. Selain itu, setiap komunikasi yang terjadi pada saat itu tidak mungkin sepenuhnya tidak adanya hambatan. Faktor-faktor hambatan sekitar sangat memberi pengaruh kepada setiap komunikator yang sedang berkomunikasi baik yang tidak terlihat maupun yang terlihat. Namun disamping itu juga ada faktor-faktor pendukung yang bisa membantu jalannya proses berkomunikasi.
Bahkan bentuk komunikasi dengan mudah dapat terasa ketika kami sedang melihat berita langsung (live) tentang proses upacara kemerdekaan ke-72 tersebut di televisi. Bentuk yang demikian bisa dikatakan terjadinya bentuk komunikasi secara tidak langsung dan bentuk komunikasi intrapesona maupun bentuk komunikasi satu arah karena feedback yang diberikan tidak bisa berupa pertanyaan. Hal ini bisa kami amati ketika sang pembawa berita sebagai elemen komunikator yang sedang menyampaikan berita bagaimana atau apa yang terjadi disana, dan juga bisa sebagai komunikan yang mendapatkan pesan dari wartawan. Kemudian diberitakan melalui televisi sebagai elemen media kepada kami yang sedang duduk, mendengarkan, melihat di depan layar sebagai komunikan. Yang kemudian dari hasil komunikasi tersebut, tanpa kami sadari telah terjadinya elemen feedback positif yang kami lakukan.  Komunikasi ini pun dapat dilakukan dengan baik dengan adanya beberapa faktor pendukung diantaranya adanya pengumpulan fakta oleh pembawa berita, yaitu dengan bantuan wartawan yang sudah dipersiapkan untuk stay di lapangan. Kemudian adanya perencanaan yang dilakukan oleh para kru televisi untuk mengatur proses penyampaian informasi agar dapat diterima dengan baik atau bisa juga oleh kameramen yang mengatur bagaimana pengambilan gambar atau layar yang bisa dimengerti dan dilihat dengan jelas. Kemudian adanya pengecekan sinyal channel televisi yang harus sudah dipersiapkan sebelum melihat televisi oleh komunikan dan adanya faktor cuaca yang harus mendukung kondisi pada saat itu.
Tidak hanya itu, bentuk komunikasi tidak langsung lainnya juga kami dapatkan atau kami amati dari awal proses rangkaian upacara akan berlangsung hingga berlangsungnya acara, diantaranya sebagai berikut ;
1.      Adanya seorang reporter televisi yang menggunakan bahasa isyarat di layar televisi bagian kanan bawah sebagai elemen komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi mengenai keadaan atau proses berlangsungnya upacara kepada penonton yang tuli sebagai elemen komunikan. Keduanya terhambat biologis karena komunikan yang tuli. Komunikasi ini pun juga masih berjalan dengan baik apabila komunikator menyampaikan pesannya dengan benar.
2.      Adanya pengawal presiden JW yang membawa walkie-talkie sebagai elemen media yang gunanya untuk mengirim pesan kepada pengawal yang lain sebagai penerima pesan tersebut, yang kemudian muncullah feedback yang terjalin diantara keduanya. Hal ini juga didukung oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan, jarak, dan sinyal/ jaringan.
3.      Adanya anggota TNI AU yang menunjukkan atraksi pesawat Sukhoi F16 SU27 di udara sebagai media kepada seluruh masyarakat termasuk inspektur dan para tamu undangan sebagai komunikan. Komunikasi ini juga ada beberapa faktor diantaranya yaitu jarak, sinyal atau jaringan, keadaan cuaca, pemeriksaan keamanan dan keselamatan dan faktor lainnya seperti dense dari para pilot.
4.      Adanya pembacaan doa diwakili oleh bapak Menteri Keagamaan sebagai komunikator secara non verbal melalui microphone sebagai alat media penyampaian. Yang kemudian diikuti oleh seluruh masyarakat termasuk inspektur upacara dan para perjabat yang menundukkan kepala guna kekhidmatan dari pembacaan doa itu sendiri. Bentuk komunikasi ini berkaitan dengan hati sehingga faktor untuk mendukung komunikasi ini agar diterima dengan baik adalah faktor lingkungan dan faktor rohani.
5.      Adanya komunikasi yang dibentuk oleh paduan suara yang menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai komunikator kepada para pasukan pengibar bendera sebagai komunikan. Bentuk komunikasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ketepatan pengerekkan tali bendera dengan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh kelompok paduan suara yang juga diiringi oleh marching band.
6.      Adanya pengumuman lomba busana daerah oleh presiden JW melalui microphone. Pengumuman ini dipilih langsung oleh bapak JW. Pemilihan ini dilihat dari aspek penilaian keunikan busana dan kelengkapan atribut busana.
7.      Adanya pembacaan naskah proklamasi melalui microphone oleh ketua MPR ZH sebagai komunikator kepada seluruh peserta upacara termasuk para tamu undangan dan pasukan paskibraka sebagai komunikan. Namun komunikasi ini semakin tidak efektif atau tidak diterima dengan baik oleh para tamu undangan yang berada jauh dari sumber suara (pembacaan naskah proklamasi) seperti berbicara sesuka hati. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor hambatan, diantaranya pandangan jarak mata, kondisi, dan situasi, atau bisa juga dipengaruhi oleh perasaan. Sangat berbeda dengan pasukan paskibraka yang justru berada di lapangan yang secara langsung terkena sinar matahari dengan bersikap tegap dan tertib saat berlangsungnya upacara tersebut.
8.      Adanya bentuk komunikasi lainnya yaitu pada saat paduan suara menyanyikan lagu-lagu daerah melalui microphone. Namun komunikasi ini ada hambatannya seperti contohnya ada beberapa tamu undangan yang berbicara sendiri, hal ini bisa terjadi karena adanya faktor lingkungan dan konsentrasi terhadap satu kondisi yang harus dilakukan tetapi tidak dilakukan.
9.      Adanya komunikasi yang diberikan oleh pembawa acara atau host sebagai komunikator dengan seluruh peserta upacara termasuk inspektur upacara dan para tamu undangan. Komunikasi ini dilakukan guna untuk memberitahukan susunan acara agar rangkaian acara berjalan dengan tertib sesuai dengan rundown acara. Komunikasi ini dilakukan melalui media microphone.
Selain itu bentuk komunikasi secara langsung juga kami amati, diantaranya :
1.      Adanya kontak langsung melalui sentuhan tangan oleh para tamu undangan dengan bapak JW. Disini juga terbentuk komunikasi seperti para tamu undangan yang meminta foto bersama bapak JW. Namun, hal ini terhambat oleh  pengawal bapak JW yang selalu menjaga ketat.
2.      Adanya pemimpin pasukan atau komando yang mengatur barisan pasukannya agar barisan tetap terjaga dengan rapi. Bentuk komunikasi ini berlangsung dengan baik saat upacara berlangsung. Hal ini disebabkan karena didukungnya beberapa faktor yaitu intonasi yang lantang, keras, tegas dan jelas oleh komando agar pesan yang disampaikan terdengar oleh seluruh pasukan upacara. Selain itu juga adanya timing dan vocabulary yang jelas dan dapat dimengerti dengan baik.
3.      Adanya pemberian hadiah pemenang busana daerah langsung dari bapak JW yaitu hadiah sepeda gratis. Sepeda cantik yang diberikan secara langsung oleh bapak Jokowi bentuk komunikasi ini merupakan contoh dari komunikasi verbal karena adanya kontak langsung antara presiden Jokowi dengan pemenang.
4.      Adanya dirigen yang memimpin paduan suara dengan gerakan tangan sebagai media untuk menyampaikan pesan. Bentuk komunikasi ini berjalan dengan baik dan lancar disebabkan oleh faktor jarak pandang antara barisan paduan suara dengan dirigen yang harus diperhitungkan, adanya timing yang diberikan dirigen harus tepat dari semua unsur musik yang ada, kemudian adanya ikatan kerjasama yang harus kuat.
5.      Adanya komunikasi antara pemimpin pengibaran bendera dengan dua orang paskibraka yang berada disampingnya. Komunikasi ini kami amati sangat berjalan dengan baik dan lancar, disebabkan adanya faktor kerjasama yang kuat antar sesama.
6.      Adanya komunikasi antara pemimpin pasukan atau komando dengan inspektur upacara diawal upacara untuk menyampaikan pesan bahwa upacara bendera akan dilaksanakan. Komunikasi ini dilakukan melalui kontak mata langsung dengan inspektur upacara, bapak JW. Begitu pun setelah upacara telah selesai. Bentuk komunikasi ini pun juga dipengaruhi oleh faktor jarak
Demikian pengamatan kami mengenai komunikasi-komunikasi yang terbentuk ketika proses rangkaian Upacara Kemerdekaan Indonesia ke-72 berlangsung, dari pengambilan, pengibaran hingga penurunan duplikat bendera pusaka Indonesia III.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wawancara tentang "Ibadah Haji"

Cara Cepat Mencari Temperatur (suhu) dan Cara Mudah Menghafalnya

Qygo lan Byrox